Jumat, 14 November 2008

Apa CMV itu ? ==> Yayasan Spiritia

Virus Sitomegalia (CMV)

Apa CMV Itu?

Diperbarui 3 Juni 2008 berdasarkan FS 504 The AIDS Infonet 28 April 2008

Virus sitomegalia (cytomegalovirus/CMV) adalah infeksi oportunistik (IO). Virus ini sangat umum. Sampai 85% masyarakat di AS terinfeksi CMV pada saat mereka berusia 40 tahun. Statistik untuk Indonesia belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh yang sehat mengendalikan virus ini, sehingga tidak mengakibatkan penyakit.

Waktu pertahanan kekebalan menjadi lemah, CMV dapat menyerang beberapa bagian tubuh. Kelemahan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai penyakit termasuk HIV. Terapi antiretroviral (ART) sudah mengurangi angka penyakit CMV pada Odha secara bermakna. Namun, kurang lebih 5% Odha masih mengalami penyakit CMV.

Penyakit yang paling lazim disebabkan CMV adalah retinitis. Penyakit ini adalah kematian sel pada retina, bagian belakang mata. Kematian sel ini dapat menyebabkan kebutaan secara cepat jika tidak diobati. CMV dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menginfeksi beberapa organ sekaligus. Risiko CMV tertinggi waktu jumlah CD4 di bawah 50. CMV jarang terjadi dengan jumlah CD4 di atas 100.

Tanda pertama retinitis CMV adalah masalah penglihatan seperti titik hitam yang bergerak. Ini disebut ‘floater’ (katung-katung) dan mungkin menunjukkan adanya radang pada retina. Kita juga mungkin memperhatikan cahaya kilat, penglihatan yang kurang atau bengkok-bengkok, atau titik buta. Beberapa dokter mengusulkan pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya retinitis CMV. Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh ahli mata. Jika jumlah CD4 kita di bawah 200 dan kita mengalami masalah penglihatan apa saja, sebaiknya kita langsung menghubungi dokter. Untuk informasi lebih lanjut mengenai masalah penglihatan, lihat Lembaran Informasi (LI) 621.

Beberapa Odha yang baru saja mulai memakai ART dapat mengalami radang dalam mata, yang menyebabkan kehilangan penglihatan. Masalah ini disebabkan oleh sindrom pemulihan kekebalan (lihat LI 483).

Sebuah penelitian baru memberi kesan bahwa orang dengan CMV aktif lebih mudah menularkan HIV-nya pada orang lain.

Bagaimana CMV Diobati?

Pengobatan pertama untuk CMV meliputi infus setiap hari. Karena harus diinfus setiap hari, sebagian besar orang memasang ‘keran’ atau buluh obat yang dipasang secara tetap pada dada atau lengan. Dulu orang dengan penyakit CMV diperkirakan harus tetap memakai obat anti-CMV seumur hidup.

Pengobatan CMV diperbaiki secara dramatis selama beberapa tahun terakhir ini. Saat ini ada tujuh jenis pengobatan CMV yang disetujui oleh FDA di AS.

ART dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Pasien dapat berhenti memakai obat CMV jika jumlah CD4-nya di atas 100 hingga 150 dan tetap begitu selama tiga bulan. Namun ada dua keadaan yang khusus:

1. Sindrom pemulihan kekebalan dapat menyebabkan radang yang berat pada mata Odha walaupun mereka tidak mempunyai penyakit CMV sebelumnya. Dalam hal ini, biasanya pasien diberikan obat anti-CMV bersama dengan ART-nya.

2. Bila jumlah CD4 turun di bawah 50, risiko penyakit CMV meningkat.

Apakah CMV Dapat Dicegah?

Gansiklovir disetujui untuk mencegah (profilaksis) CMV, tetapi banyak dokter enggan meresepkannya. Mereka tidak ingin menambahkan hingga 12 kapsul lagi pada pasien. Lagi pula, belum jelas profilaksis ini bermanfaat. Dua penelitian besar menghasilkan kesimpulan berbeda. Akhirnya, ART dapat menahan jumlah CD4 pada tingkat yang cukup tinggi sehingga yang memakainya tidak akan berpenyakit CMV.

Bagaimana Kita Dapat Memilih Pengobatan CMV?

Ada beberapa masalah yang sebaiknya dipertimbangkan jika memilih pengobatan penyakit CMV aktif:

Apakah ada risiko pada penglihatan? Kita sebaiknya bertindak secara cepat agar kita tidak menjadi buta.

Seberapa efektif pengobatan? Gansiklovir suntikan adalah pengobatan CMV yang paling efektif secara keseluruhan. Bentuk tanam sangat baik untuk menghentikan retinitis. Namun tanam hanya bekerja pada mata yang ditanam.

Bagaimana obat diberikan? Pil paling mudah ditangani. Pengobatan ke dalam pembuluh darah meliputi suntikan atau buluh obat yang mungkin menimbulkan infeksi. Suntikan pada mata berarti menyuntik jarum langsung pada mata. Bentuk tanam, yang bertahan enam sampai delapan bulan, membutuhkan sekitar satu jam rawat jalan.

Apakah terapinya lokal atau sistemik? Terapi lokal hanya mempengaruhi mata. Retinitis CMV dapat cepat menyebar dan mengakibatkan kebutaan. Karena itu, penyakit ini diobati dengan manjur waktu pertama ditemukan. Obat baru dalam bentuk suntikan dan tanam menempatkan obat langsung dalam mata, dan menimbulkan dampak terbesar pada retinitis.

CMV juga dapat ditemukan pada bagian tubuh lain. Untuk menanggulangi di bagian tubuh lain, kita membutuhkan terapi sistemik (seluruh tubuh). Pengobatan suntikan atau infus, atau pil valgansiklovir, dapat dipakai.

Apa efek sampingnya? Beberapa obat CMV dapat merusak sumsum tulang atau ginjal. Ini mungkin membutuhkan obat tambahan. Obat lain meliputi infus selama waktu yang lama. Membahas efek samping pengobatan CMV dengan dokter.

Apa saran pedoman? Baru-baru ini ada beberapa pedoman profesional yang menyarankan penggunaan valgansiklovir sebagai pengobatan pilihan untuk pasien yang tidak berisiko segera kehilangan penglihatannya.

Garis Dasar

Penggunaan ART adalah cara terbaik untuk mencegah CMV. Jika jumlah CD4 kita rendah, dan kita mengalami gangguan penglihatan APA PUN, kita harus langsung periksa ke dokter!

Pengobatan langsung pada mata memungkinkan pengendalian retinitis CMV. Dengan obat CMV baru, kita dapat menghindari buluh obat yang dipasang pada tubuh kita dan infus harian.

Sebagian besar orang dapat menghentikan penggunaan obat CMV jika jumlah CD4-nya naik dan tetap di atas 100-150 waktu memakai ART.

Terapi Cytomegalovirus...

Anti Virus

CYMEVENE® (ganciclovir)

Virus CMV


Ganciclovir adalah analog sintetik dari guanin yang menghambat replikasi virus in vivo dan in vitro.

Virus yang dapat dihambat adalah

  • CMV
  • HSV-1
  • HSV-2
  • Epstein Barr Virus
  • Varicella Zoster Virus

Indikasi

Terapi pada infeksi Cytomegalovirus, pada pasien dengan immunocompromised.

Termasuk di sini adalah AIDS, Iatrogenic immunosuppresion yang berhubungan dengan transplantasi organ atau kemoterapi untuk tumor.

Cymevene dapat digunakan untuk terapi preventif pada pasien transplant.

1. Efektif untuk pencegahan dan terapi infeksi CMV, pada

  • Pasien transplantasi organ
  • Pasien HIV/AIDS
  • Pasien yang sedang di Kemoterapi
  • Kongenital CMV

2. Cymevene spesifik untuk CMV
bekerja dengan menghambat sintesa DNA virus

3. Efikasi Cymevene superior
waktu paruh dalam plasma (T1/2) 16 jam,
Konsentrasi 10 kali lebih tinggi pada sel yang terinfeksi CMV

4. Spektrum luas,
efektif untuk CMV, HSV 1/2, VZV dan EBV

5. Dosis 5 mg/kgBB diberikan setiap 12 jam selama 14 – 21 hari

© 1996-2008 PT. Roche Indonesia- Legal Statement - Privacy Policy

Cyto-Megalo Virus (CMV)

Virus CMV


CMV adalah singkatan Cyto-Megalo Virus. Virus ini diklasifikasikan dalam keluarga virus herpes. Keluarga virus ini juga termasuk:

  • Herpes simpleks (menyebabkan koreng pada mulut dan penyakit kelamin)
  • Varicella-Zoster (menyebabkan cacar monyet dan penyakit cacar)
  • Eipstein-Barr (menyebabkan mononukleosis dan penyakit myeloproliferatif)

Apakah virus ?

Virus adalah sejenis organisma yang hanya dapat hidup dan berbiak dalam sel pejamu yang menjadi korbannya. Hal ini berbeda dengan jamur atau bakteri, yang mampu dibiakkan di cawan percobaan. Virus menulari dengan menempelkan diri pada permukaan sel sasaran dan menembusnya. Kemudian virus melepaskan perisai permukaan tubuhnya dan mengambil alih mekanisme sintesis protein dan replikasi sel yang ditumpanginya.

Mengapa virus membuat kita sakit ?

Ada beberapa alasan:

  1. Sel yang diserang virus dan disandera sistem pembiakan dan produksi proteinnya setelah beberapa waktu akan binasa. Kematian sel akan disertai dengan pelepasan zat kimia yang membuat tubuh kita merasa sakit.
  2. Sel yang diserang virus akan memproduksi protein baru pesanan dari cetak biru genetik virus. Protein yang baru ini asing dan tidak dikenali tubuh sehingga tubuh akan membentuk sistem kekebalan yang akan menghancurkan sel tersebut. Sel yang hancur akan lebih banyak mengeluarkan zat kimia dan virus baru yang mengakibatkan tubuh kita merasa lemah/sakit.
  3. Akhirnya sel kekebalan tubuh memproduksi bahan kimia, yanitu “cytokines” yang membuat kita mersa sakit. Kadang, demam dapat pula disebabkan oleh respon kekebalan dan bukan hanya dari virus itu sendiri.

Kenapa virus merupakan masalah pada pasien cangkok organ?

Virus biasa menghinggapi pasien cangkok organ pasca transplantasi karena biasanya para pasien ini diberikan obat-obatkan yang kuat yang menekan sistem kekebalan tubuh. Guna penekanan sistem kekebalan tubuh ini adalah agar tubuh tidak memusnahkan organ yang dicangkokkan. Efek samping dari penekanan sistem kekebalan tubuh yang dahsyat ini adalah ketidak mampuan tubuh untuk melawan infeksi karena sistem cegah-tangkal dalam sistem kekebalan tubuh telah dilucuti.

Organ apakah yang terkena infeksi CMV ?

CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir semua jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:

  • CMV nefritis (ginjal)
  • CMV hepatitis (hati)
  • CMV myocarditis (jantung)
  • CMV pneumonitis (paru-paru)
  • CMV retinitis (mata)
  • CMV gastritis (lambung)
  • CMV colitis (usus)
  • CMV encephalitis (otak)

Apakah Viremia CMV ?

Adanya virus CMV dalam peredaran darah. Hal ini ditentukan oleh hasil pemeriksaan tes laboratorium khusus PCR (Polymerase Chain Reaction).

Apakah gejala CMV ?

Karena bisa menghinggapi hampir semua organ, gejalanya juga amat bervariasi. Biasanya CMV menyebakan demam, penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan lesu-letih. Gejalanya dapat ringan hingga berat. Kreatinin dapat meningkat pada pasien cangkok ginjal dengan infeksi CMV. Infeksi pada paru-pariu menimbulkan sesak dan batuk. Pada sistem cerna, infeksi CMV menyebabkan mual, muntah dan diare.Ensefalitis CMV dapat menyebakan kejang, nyeri kepal, dan koma.

Bagaimana CMV didiagnosis ?

Diagnosis pasti CMV ditetapkan berdasarkan pemeriksaan PCR yang mendeteksi keberadaan DNA (materi genetik) virus CMV dalam darah. Dahulu (juga sekarang), infeksi CMV juga ditetapkan dengan pemeriksaan kadar antibodi IgG dan IgM.

Apakah CMV serius ?

Bervariasi. CMV dapat ringan namun juga dapat amat berbahaya. Gejala dapat bervariasi mulai dari amat berat hingga gejala minimal atau bahkan tanpa gejala.

Bagaimana saya bisa mendapat CMV ?

CMV ditularkan melalui kontak selaput lendir (mulut dan kelamin) dan virus. Virus hidup ada dalam cairan tubuh pasien CMV. Pasien dengan sistem kekebalan normal akan mengalami gejala menyerupai flu yang ringan, lesu-letih, dan batuk.

Bisakah saya mendapat infeksi CMV ulang ?

Tentu. Sekali terinfeksi, virus akan membenamkan diri dalam tubuh dan dapat menyebabkan infeksi ulang pada masa mendatang.

Bagaimana CMV diobati ?

Pengobatan yang paling sering dikerjakan untuk infeksi CMV adalah Ganciclovir, suatu anti-virus yang lebih baik dibandingkan dengan asiklovir dalam mengatasi CMV.

Apa CMV dapat dicegah dengan vaksin ?

Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang terbukti efektif mencegah infeksi CMV

Product yang berhubungan :
Cymevene

The CMV Infection July 17, 2006

Keluarga Syaifuddin - Our Love Our Life Our Home

Filed under: My Bump - Pregnancy

Kita sampai di London dengan selamat…beres-beres. Cari cari klinik terdekat biar bisa cepet2 tanya sama dokter soal hasil test dan arrange urusan kehamilan dan tetebengek-nya. Sambil nunggu bisa konsultasi sama dokter, mulai deh browsing biar waktu konsultasi gag bego-bego amat dan bisa nanya lebih banyak ama dokternya bukan cuma ho’oh ho’oh ajaa…

Tapi setelah tau lebih banyak informasi di internet… otakku rasanya kaya dibanjirin sama info-info yang semuanya mengerikan *menurut aku saat itu paling tidakkk*– bukan kaya spons kering yang ngisap semua info tadi tapi kaya gelas yang diisi terus sampe tumpah… gak tau gimana mesti ngelompokin info tadi, mana yang penting bener, mana yang applicable sama kondisi gue, mana yang sekunder, mana yang harus di buang…. semuanya rasanya too much dan bikin gue makin takut, bingung, limbung, disoriented singkatnya dunno what to do dan…. bikin gue extremely emotional.

Heboh amat…. yup… Infeksi CMV ini emang patut buat dihebohin karena congenital effect-nya yang cukup signifikan terhadap janin. CMV ato cytomegallovirus ini ‘C’ yang ada di TORCH, termasuk golongan herpes simplex….penularannya sangat mudah bisa dari cairan: ludah, bekas gelas minum, sperm, ASI dan buat orang2 di negara macem indonesia yang kebersihan bukan hal yang penting…akan sangat mudah terkena. Gejalanya pun gak heboh…cuma flu like illness… bayangin!! Di Indonesia pilek kan langganan… dan gak akan bikin kita aware apakah ini flu karena CMV ato flu beneran! Tapi efeknya yang paling parah bisa bikin bayi meninggal, keterlambatan fungsi otak, keterbelakangan mental, hearing atau eye problem, dll. Congenital efek tadi makin berat kalo kita acquire virusnya di awal masa conception atau in the first trimester of pregnancy. Padahal infeksi ini gak ada obatnya…. adaaa siii treatment untuk mengurangi efek pada fetus tapi masih dalam tahap percobaan.

Masalahnya gue gak tau kapan tepatnya gue mulai terinfeksi — lha wong waktu hamil pertama aman-aman aja kok — sementara flu like illness tadi juga gue gak bisa mengingat2 kapan tepatnya… Yang ada IgG dan IgM gue dua-duanya tinggi titer-nya… Jadi masi tergolong recent tapi gak tau seberapa recent… bayangin padahal gue baru 6 minggu hamil… Mau copot rasanya jantung gue… Artinya gue kudu ngetes Avidity levelnya… untuk itu artinya gue kudu minta rekomendasi sama dokter dan di sini ketemu dokter buat minta rekomendasi gak segampang di Indonesia….

Sambil nunggu gue email dokter Wati, email dsog gue dulu, email prof Iwan bahkan sampe minta tolong adik gue tanya ke dsognya. Dokter Wati bilang gak ada gunanya minum obat, kan ini viral infection, dikasih antiviral pun gak terbukti membantu, yang penting banyak berdoa. Gue tau dokter wati bener….hanya gue masih belum bisa terima aja. Dsog gue gak jawab email gue… padahal dia tergolong dsog yang rasional masalahnya doi gak hobi email. Sementara dua dokter yang lain langsung kasih saran infeksi gue harus diobatin….ada yang kasih resep plus dengan petunjuk cara minum. Masalahnya emang beli obat otc disini gampang kaya di Indonesia? Gue udah sangat tergoda untuk nebus resep itu, biarpun gue harus bayar mahal atau gue mesti ngotot sama pharmacist-nya…. alasannya gue gak bisa diem aja nunggu sementara ada tawaran alternatif yang katanya bisa nyembuhin… walopun dari semua yang gue baca… gak terbukti juga… walopun gue tau seringkali dokter indonesia kurang rasional untuk urusan ngasi obat dengan masalah jenis beginian.

Semua prosesnya panjang dan aku harus menjalani semua birokrasi yang gak jelas atao mungkin emang kliniknya yang sialan… Gue yang udah ngebayangin dokter di UK pasti lebi professional dibanding dokter di Indo yang cuma cari duit doang, ternyata salah… Ketemu juga gue sama dokter yang gak beda sama dokter di Indonesia, konsultasi 5 menit paling mentok soalnya yang ngantri banyak… bedanya disini gue gak kudu bayar dan gak langsung dikasih resep. Setiap minggu gw datengin dokternya untuk minta penjelasan dan diskusi dari apa yang gue dapet dari internet * well paling tidak itu yang gue harepin *…. tapi jawabannya apatis dan terkesan gak mikir…. katanya everything will be allright… you’ve got your first daughter born healthy and grow up smartly. Don’t worry… I’ve sent a letter to book you to hospital to see the specialist. Ketiga kalinya dia ngomong gitu gw marah sampe nangis….. masalahnya dia udah ngomong gitu berkali2 tanpa peduli apa yang jadi concern gue padahal menurut gue kalo dia meluangkan waktunya dikit aja untuk menjelaskan tentang infeksi itu secara lebih rasional - karena gue kan sedang dalam kondisi gak rasional - maka akan membantu gue untuk berpikir lebih jernih gak emosional. Masalahnya juga gue udah nunggu 7 minggu untuk dapet appointment dengan spesialis yang dijanjiin tapi tidak kunjung terbukti.

Minggu depannya atas info dari temen aku pindah clinic…lebih jauh dikit tapi ternyata dokternya lebih komunikatif, gak buru-buru, gak ngeremehin dan gue ngerasa dia emang tau apa yang harus dilakukin dan yang penting dia tau scale dari masalahnya… Dia nge-book ulang untuk booking spesialist dan antenatal test, nyuruh gue test lengkap urin dan darah, booking viroligist dan hubungin foetal medicine unit untuk nanganin kasus gue. Dalam seminggu gue udah dapet appointment. Ketahuan kan dokter mana yang niat ama yang kagak…

By this time, setelah konsultasi sama Dr. Brinda gue ngerasa lebih tenang dan ngerasa on the right hand. Paling tidak gue tau kalo gue gak cuma bisa pasrah nunggu apa jadinya nanti. Pasrah emang harus, tapi pasrah tanpa knowledge dan usaha namanya buta… Paling tidak gue tau apa perkembangan infeksi dan kehamilan gue. Pelan pelan gue mulai santai dan bisa lebih pasrah, biarpun masih cemas dan takut terusn tapi dah mule bisa makan, dan nikmati kehamilan dan kehidupan gue yang baru… Shaaaahhh…

Cytomegalovirus / CMV...

Viruses

Cytomegalovirus (CMV)

Cytomegalovirus (CMV) is a virus belonging to the herpes group that is rarely transmitted by blood transfusion. According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), about 50 to 85 percent of adults in the United States are infected with CMV by the age of 40. CMV infection is usually mild, but it may be serious or fatal in those who are immunocompromised. Particularly at risk are low-birth weight infants and bone marrow and organ transplant patients. If a patient is at high risk of getting CMV diseases, blood that tests negative for CMV can be transfused. Alternatively, blood that has been filtered to decrease the number of white blood cells — the cells that carry CMV — will protect patients from getting a CMV infection from transfusion.